Sering dicurhati ?

setelah kemaren menulis tentang tips curhat kepada orang lain,sekarang tulisan ini berkisah bila kita yang dicurhati,seringkali teman,saudara,adik ,sahabat kita sedang dalam suatu permasalahan dan terkadang kita yang ketiban sampur untuk mendengarkan segala macam permasalahan mereka and ga ada salahnya dunk bila kita mendengarkan curhat mereka mereka,yang terpenting mungkin adalah menata hati sebelum kita mulai mendengarkan curahan hati mereka,dibawah ini ada sepenggal tulisan yang mungkin berguna bila kita sering mendapat curhat dari teman-teman kita:


yang pertama adalah :
Menunjukkan empati, bukan simpati. Empati itu pada dasarnya adalah peduli atau care perhatian). Thomas F. Mader & Diane C. Mader, dalam Understanding One Another 1990), menjelaskan, empati itu adalah kapasitas seseorang untuk bisa berbagi atas dasar semangat kepedulian. Peduli ini, kalau mengacu pada teori kompetensi, ada tingkatannya atau ada skalanya. Bentuk peduli yang paling tinggi adalah bantuan nyata atau tindakan.
Kenapa harus menghindari simpati? Simpati yang dimaksudkan di sini adalah menaruh belas kasihan tetapi dasarnya itu adalah (semacam) merendahkan atau menghina orang yang curhat ke kita seolah-olah nasibnya sangat lebih jelek dibanding kita. Simpati dalam pengertian seperti ini agaknya kurang dibutuhkan. Termasuk dalam pengertian simpati di sini adalah, kita ikut hanyut atau larut ke dalam perasaan orang yang curhat sampai-sampai membuat akal sehat kita tidak bekerja untuk melihat persoalan dengan jelas dan obyektif. Logikanya, kalau kita sendiri ikut hanyut, apa ya mungkin kita bisa memberi masukan yang menyehatkan?

kedua :
faktual dan "problem centered". Menurut teori manajemen, Keputusan yang kualitasnya bagus adalah keputusan yang dilandasi fakta, bukan berdasarkan perasaan pribadi. Ini terkadang tepat pula untuk memberi masukan kepada orang yang curhat. Agaknya kita perlu menghindari pemberian saran, masukan atau pendapat yang malah membuat orang malas berpikir, punya harapan atau keyakinan yang tidak realistis, atau malah menghancurkan semangat hidupnya.
Dekatkan orang pada masalah yang dihadapi (faktual) dan bangkitkan spiritnya. Jangan menghibur seseorang dengan kata-kata manis yang tidak mendorongnya untuk melakukan sesuatu (aksi atau antisipasi). Tapi jangan pula memberi opini-opini negatif yang merusak atau kata-kata yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan merusak.
atau yang lebih parah malah mengambil "kesempatan"..

ketiga :
setiap masalah itu adalah masalah bagi orang yang sedang terkena masalah. Tidak ada masalah yang ringan bagi orang yang sampai merasa perlu untuk mencurahkan permasalahnya. Artinya, jangan sampai kita menyepelekan masalah orang lain dengan mengatakan, misalnya saja: "gitu aja dipikirin..", "cengeng banget kamu...","saya pernah punya masalah yang jauh lebih dahsyat tapi tidak secengeng kamu...", dan seterusnya dan seterusnya. Mungkin secara tidak langsung atau tidak sadar perkataan seperti itu adalah merendahkan orang lain.
Akan lebih bagus kalau kita berusaha mendengarkan, memahami dan mengeksplorasi perspektif ke tingkat yang lebih luas. Kalau kita punya pengalaman pribadi, sampaikan itu ke dalam paket solusi-solusi alternatif. Kalau kita belum punya referensinya, maka berilah pendapat yang mengarah pada penemuan solusi atau perbaikan-perbaikan.

ke empat :
Jaga harga diri orang yang curhat kepada anda.harga diri di sini termasuk misalnya saja: merahasiakan sesuatu yang memang harus dirahasiakan. Kalau pun itu harus dikatakan kepada orang lain / pihak ketiga, hendaknya itu perlu didesain dengan bahasa yang kira-kira bisa memunculkan solusi atau perbaikan, bukan untuk meremehkan, menjelek-jelekkan, atau membuka aib seseorang atau seperti yang dikatakan dalam uraian di atas bahwa jangan sampai masuk dalam ruang "salah tafsir" masalah tidak akan terselesaikan malah terlihat anda sedang mengambil kesempatan,meski mungkin bukan maksud anda seperti itu tapi hal itu sangatlah penting untuk dihindari karena selama anda berada dalam kondisi netral maka segala opini akan berdasar pada obyektivitas.

ke lima :
Hindari upaya untuk memojokkan, menyalahkan dan apalagi memarahi. Fokuskan pada apa yang bisa dilakukan oleh dia dan oleh kita terkait dengan masalah yang muncul. Bagaimana kalau demi "pendidikan"? Bisa-bisa saja.akan tetapi, memarahi orang yang sedang terkena masalah biasanya kurang efektif dan sangat mungkin memancing penolakan. Yang ia butuhkan adalah bantuan. Mungkin nanti kalau kita sudah bisa membantu barulah kita memarahinya, kalau memang itu diperlukan. Jangan sampai kita mengatakan sesuatu yang menyakitkan padahal kita tidak bisa membantu apa-apa.

Tulisan ini berakhir samapi disini dan ada beberapa hal diatas yang mungkin merupakan hasil dari renungan,pengamatan,dsb.
so mungkin masih ada kesalahan-kesalahan yang sekiranya mungkin mengganggu.
saran dan kritik sangat diharapkan

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.