Lihat gambar di samping? Tuhan mengajarkan kita kebijaksanaan melalui hal-hal kecil seperti peristiwa fisika sederhana di samping. Sederhananya konteks adalah wadah di dalam diri kita untuk menampung isi. Orang miskin diberi saran oleh jutawan macam Robert T. Kiyosaki atau Donald Trump, tapi tak kunjung kaya karena konteksnya masih orang miskin. Meski konteks dan isi sama-sama penting, namun konteks akan lebih saya tekankan karena kurang begitu diperhatikan.
Isi meliputi rumus-rumus, penjabaran secara menyeluruh, prosedur, atau langkah-langkah menuju kesuksesan. Konteks adalah mengapa, alasan atau latar belakang kita melakukan isi tersebut.
Alasan mengapa untuk merubah orang, diperlukan peristiwa dengan muatan emosi yang intens adalah, karena dengan emosi yang intens mengenai sesuatu, manusia menjadi mempunyai alasan untuk berubah. Ini menjawab pertanyaan mengapa seminar yang benar-benar ‘menggugah’ mewajibkan properti seperti sound speaker yang besar, ruangan dingin, nyaman, dan pembicara dengan kemampuan hipnosis.
Tung Desem Waringin menjadi motivator no. 1 di Indonesia karena ia ‘dipaksa’ memperbesar konteksnya melalui penyakit ayahnya yang mengharuskannya menjadi lebih kaya. Robert Kiyosaki menjadi penulis kekayaan personal terlaris 5 tahun berturut-turut di New York Times karena keinginan kuat untuk membahagiakan Kim, istrinya yang sempat harus miskin karena mencintainya. Dan banyak hal lain yang tak akan cukup jika saya sebutkan satu-satu di sini.
Otak bertindak berdasarkan ‘mengapa?’, ‘apa untungnya bagi saya?’, dan ‘apa kerugiannya bagi saya jika tak melakukannya?’ Sebenarnya saya juga masih belajar mengenai konteks ini jadi mungkin anda bisa mencari literatur yang lebih lengkap mengenai hal ini.
Bagaimana Cara Memperbesar Konteks?
Alasan tak ada rumus-rumus di kitab suci manapun, karena kitab suci, apapun itu, bersifat memperbesar konteks. Kitab suci mengajak kita untuk merenungi, berpikir, dan mengambil kesimpulan.
Al Qur’an bagaikan perhiasan (permata). Orang yang membacanya melihat kilau yang mungkin berbeda dengan kilau yang dilihat orang lain.
Anonymous
Jika kita baru saja melewatkan hari dengan mengikuti seminar hebat, dan ditanya “Apa saja yang kau dapat dari seminar tadi?” Dan kita kesulitan menjawabnya, tak apa. Karena SEMINAR juga bersifat memperbesar KONTEKS. Konteks yang besar mengizinkan kita untuk melihat permasalahan dari banyak sudut pandang. Ary Ginanjar Agustian (founder of ESQ 165) menyebutnya ‘Thinking Hat’.
Orang barat dan para hacker menyebut perluasan konteks sebagai ‘thinking out of the box’. Menurut saya, pada hakikatnya sama saja. Dan cara memperbesarnya juga bisa dengan banyak cara. Salah satu cara yang paling praktis adalah dengan hypnotherapy. Adi W. Gunawan mempelajari hal ini dan anda bisa mencari tahu cara memperbesar konteks melalui hypnotheraphy dengan membaca buku-bukunya.
Cara lain digagas oleh Ary Ginanjar A. melalui ‘Zero Mind Process’ di buku-buku dan seminarnya. Ini adalah cara hebat dengan salah satunya menghilangkan paradigma negatif yang telah berakar dalam dan tak sesuai dengan kenyataan.
Membaca kaset-kaset motivasi dan pengembangan diri, menonton acara Mario Teguh pukul 19.05 di Metro TV, membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri (ini adalah cara yang hebat dan dengan membaca banyak buku berulang-ulang, saya benar-benar memperbesar ‘diri’ saya), adalah beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan untuk memperbesar konteks.
Cara lain adalah dengan cara berpikir adil, tidak BEJ (Blame, Excuse, and Justify), percaya bahwa segala kesialan adalah akibat dari diri sendiri, hanya mencemaskan yang ada dalam kendali kita, merenungi segala hal yang telah kita perbuat hari ini sebelum tidur (ini adalah cara hebat para pemimpin Islam jaman Khulafaur Rasyidin untuk terus memperbesar konteks mereka dan menjadi lebih bijaksana), dan lain-lain.
Sebenarnya masih banyak hal mengenai konteks, namun kasarnya kira-kira seperti inilah. Semoga dari sini mulai ada gambaran mengenai cara memperbesar konteks kita. Lain kali pasti akan saya perjelas dan perkhusus di tulisan-tulisan mendatang. Jadi selalu stay tune di Alam*Pintar, okay!
Salam Pintar!
Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!
Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.