Masalah dan Kesalahan | Konsekuensi Hidup Sukses

manusia purba
Masalah, masalah, dan masalah... Kita semua tahu bahwa manusia, sekeras apapun ia mencoba takkan lepas dari yang namanya masalah. Masalah adalah hal mutlak yang HARUS ADA dengan tujuan agar manusia dapat berkembang dan mendapatkan hidup yang lebih baik.

Postingan saya yang lalu, menjelaskan secara sekilas bahwa kesalahan mutlak ada dan kesalahan merupakan feedback umpan balik, yang akan membuat kita lebih sukses -tentunya jika kita bisa melewatinya- dan lebih bahagia.

Namun, masih ada teman yang sanksi dengan hal ini, dan saya akan mencoba untuk meluruskannya....

Manusia jaman batu hidup dengan masalah bahwa makanan jika terus diburu dan dicari, akan habis dan mereka terpaksa berpindah tempat. Masalah ini membuat mereka harus ekstra hati-hati dalam hidup karena dalam perjalanan banyak hal buruk yang bisa terjadi. Namun, kemampuan manusia untuk memecahkan masalah, membuat manusia naik level, dan bisa bercocok tanam.

Kemudian, dari era bercocok tanam, terus berkembang ke era sumber daya alam mentah (minyak, emas, batu bara, dan lain-lain), kemudian berkembang menjadi era informasi dan teknologi seperti sekarang ini. Di era teknologi seperti sekarang ini, kehidupan manusia yang dulu sulit, menjadi jauh-jauh lebih mudah! Manusia yang dulu harus berburu dengan taruhan nyawa, sekarang tinggal beli fastfood dan kenyang.

Mengerti dengan yang saya coba katakan?

Masalah adalah proses belajar manusia. Manusia menjadi lebih baik dengan masalah. Jadi, jika hidup anda penuh masalah, berbahagialah. Artinya, anda mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik. Huehuehuehue.... (ngawur)

Di tiap masalah yang merupakan bagian dari pembelajaran kehidupan, selalu ada 2 elemen utama. Yaitu, resiko dan kesalahan. Masalah mengandung dua hal ini. Pilihan manusia juga ada dua, ambil masalah, gagal, coba lagi, dan selesaikan atau ambil masalah, gagal, menyerah dan menjadi pecundang.

Hidup ini pilihan, manusia punya HAK MUTLAK untuk memilih. Tuhan tak mencampuri pilihan manusia. Mau jadi jahat, baik, pemenang, pecundang, itu semua hak asasi manusia. Tuhan tak menghancurkan manusia yang sombong, yang jahat, dan yang bengis. Tuhan tak melakukan itu pada manusia. Manusia diberi pilihan dan konsekuensi atas yang dipilihnya. Intinya, Tuhan mengajak manusia bersikap dewasa (mau berpikir baik dan buruk sebelum melakukan sesuatu).

Ingat yah Golden Rulesnya, KAMU MEMILIH dan KAMU DAPATKAN BUAH DARI PILIHANMU.

"Saya memilih menjadi orang sukses!", ujar anda dan saya.

Dengan pilihan itu, saya harus siap dengan berbagai konsekuensinya. Yaitu, kehidupan saya akan makin berat, makin penuh resiko, makin banyak kesalahan yang akan saya perbuat, karena dengan semua itu, saya akan belajar dan akan menaikkan level saya sehingga saya menjadi orang sukses.

Ingat! Manusia itu bukan siapa-siapa. Jika kita meminta kesuksesan, daripada kita langsung diberi kesuksesan, Tuhan lebih memilih untuk memberi kita peralatan berat yang akan membuat kita sukses.

Logikanya seperti ini, anda mau saya beri UANG atau CARA MERAKIT ALAT PEMBUAT UANG? Pilih salah satu sebijak mungkin.

Karena saya orang pintar, jelas saya pilih alat pembuat uangnya, karena dengan alat pembuat uangnya, uang kita akan ada sebanyak yang kita mau buat.

Sementara jika kita pilih uang, ia akan HABIS dan tanpa alatnya, kita tak akan dapat uangnya lagi.

Dan karena TUHAN ITU MAHA PINTAR, ia pilihkan yang terbaik buat kita. Yaitu ALAT PEMBUAT UANGNYA (alat menuju suksesnya).

Nah, alat menuju sukses inilah yang namanya proses a.k.a masalah, dan tiap proses atau masalah, kita punya yang namanya resiko dan kesalahan. Namun tetap saja, kita yang memakai 'alat' ini. Berhasil atau tidaknya kita menuju sukses, tergantung dari diri kita sendiri. Karena, memang kita yang menentukan akan mundur atau akan terus maju.

Ada seorang anak berumur kurang dari setahun (belum bisa ngomong, masih ba-bi-bu doank). Suatu saat, anak itu menunjuk lampu karena penasaran. Ibunya datang dan senang karena anaknya kelihatan tertarik sekali untuk mempelajari benda menyala itu.

"Wah.... apa dek itu namanya? Itu lampu... tirukan mama, yah... itu lampu..." Ujar sang ibu mencoba mengajari.

"Aphu.... aphu...." Si anak mencoba menirukan yang diomong ibunya.

"Iya! Pinter... ini lampu.... ingat yah... ini namanya lampu...." Ini feedback dari sang ibu.

Dialog di atas dinamakan memberikan umpan balik. Proses belajar paling baik menurut Adi W. Gunawan di bukunya Genius Learning Strategy adalah melalui feedback. Sekarang coba bayangkan seandainya si anak tak mendapat feedback sama sekali.

Ketika si anak menunjuk lampu, ibunya diam saja.... Ketika si anak bilang, "Aphu... aphu..." Si ibu diam saja. Menurut anda, anaknya tahu nggak kalo itu namanya lampu? Anak itu belajar atau tidak?

Terserah apa yang ada di pikiran anda, tapi saya akan jawab, TIDAK!

Proses pembelajaran paling mendasar dari manusia adalah feedback. Kesalahan menuntut kita untuk mengevaluasi setiap langkah kita. Bahkan setelah kita membuat mimpi yang jelas, kita yakin, dan melakukan aksi, tak mustahil kesalahan akan terjadi di tengah-tengahnya. Nah, dengan ini, jelas bukan manfaat feedback dari kesalahan?

Hanya saja, karena hidup lebih rumit dari sekedar mengenal lampu, untuk itulah diperlukan feedback yang lebih sakit, lebih keras dan tegas, agar manusia bisa tegar dan menjadi semakin kuat. Thats da point!

Kesalahan dan resiko harus kita terjang, resiko pasti ada dan tugas kita adalah meminimalisirnya, sedangkan kesalahan juga harus ada agar kita bisa belajar darinya.

Kesalahan jangan sampai mengkerdilkan kita, membuat kita putus asa, dan membuat kita jalan di tempat.

Mengutip kata-kata dari ayah kaya Robert T. Kiyosaki. "Menjadi kaya bukan masalah berhemat, tapi mengenai menaikkan pendapatanmu (kapasitas uang yang bisa kita terima)."

Artinya menurut saya, "Daripada kita terus terpuruk (dilambangkan dengan 'berhemat' atau menghemat pengeluaran seperti sponsor, dan lain-lain yang justru membuat usaha makin sulit maju), lebih baik proses menjadi sukses (dilambangkan dengan kata 'kaya') dijalani dengan terus mengembangkan diri (dilambangkan dengan 'pendapatan' atau kapasitas uang yang bisa kita terima)."

Pengartian di atas adalah upaya saya menghubungkan apa yang berlaku dalam dunia bisnis dengan kehidupan yang pada akhirnya sebenarnya hukum dari semua masalah adalah sama (bahkan ketika kita berurusan dengan wanita).

Mengenai, "Bagaimana jika kesalahan yang merupakan feedback itu justru malah memperlemah kita?" Tunggu saja post selanjutnya. Intinya stay tune!

P.S: Postingan mengenai hal ini masih panjang dan berliku.... Sabar yah.... Setiap komentar pada postingan ini akan sangat dihargai sebagai proses pembelajaran dari sang penulis juga. Makasih atas segalanya!!!

Suka dengan tulisan Syamsul Alam? Silahkan Langganan via E-mail biar nggak ketinggalan!

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.