Timun "harry" potter


Reina von Gant:
With the Spirit of “Save our Nation Heritage”, Reina_randwulf proudly present:

Timun “Harry” Mas


Dislaimer : cerita Pepaya Mas ini adalah cerita hasil saduran cerita rakyat Indonesia “Timun Mas”, tidak ada tokoh yang terluka selama pembuatan ff ini, saya ucapkan terimakasih pada JK Rowling yang bersedia meminjamkan karakter HP kepada para penulis FF gila seperti saya (tumben disclaimernya panjang)

diambil dari : http://www.harrypotterindonesia.com/index.php?topic=1644.0;wap2

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri Potter yang miskin. Mereka berdua harus merawat kebun kecil mereka agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. James sang suami bekerja siang dan malam (pagi-pagi tidur) untuk mencangkul kebun mereka. Lily sang istri sibuk menyiangi rumput liar dan memasak untuk suaminya. Meski miskin namun mereka adalah pasangan suami istri yang sangat berbahagia.

Tak lama mulailah timbul masalah. James sudah tidak dapat bekerja terlalu berat akibat asam urat yang ia derita. Lily sering memarahinya karena James terlalu sering makan jeroan sapi (karena tidak sanggup bila daging). Mereka pun tidak diberkahi anak. Mereka iri dengan keluarga Weasley tetangga mereka. Keluarga itu kini dikaruniai putra ke-6. Lily selalu mengingatkan Moly untuk segera ikut program KB karena jika punya anak terlalu banyak juga tidak baik.

Suatu malam, Lily pergi ke luar rumah untuk menikmati udara malam, meninggalkan suaminya yang berteriak kesakitan karena asam uratnya kambuh lagi (“Kan sudah kubilang jangan makan kacang!”). Dia menatap bintang di langit. Betapa banyaknya. Tiba-tiba dia merasa sedih. Air matanya mengalir dari mata hijau cermelangnya.

“Andai aku punya anak.” harapnya.

“HAHAHAHA!!” terdenagr suara tawa dari kejauhan.

Lily merasakan tanah bergetar, bumi gonjang-ganjing, seiring langkah besar seorang pria bertubuh amat besar dengan rambut keriting panjang dan jenggot panjang yang dibiarkan acak-acakkan.

“Buto IjO!!” seru Lily ketakutan.

“Bukan. Aku bukan Buto Ijo. Memangnya badanku hijau?” kata pria yang mengenakan mantel bulu dan yang ternyata bukan Buto Bulu juga. “Rubeus Hagrid, itu namaku.”

“Apa maumu?” tanya Lily takut-takut.

“Aku dengan mau punya anak kan kamu?” tanya Buto Hagrid (Lily memutuskan untuk memanggilnya seperti itu).

“I..iya.”

“Aku bisa membantu kau tahu?” Buto Hagrid mengeluarkan biji emas dari kantungnya. Biji itu terlihat seperti pasir di tangannya yang besar. “Ini biji papaya ajaib. Tanam dan akan keluar anak. Ajaib bukan?”

“Wah …, bagus sekali. Mau donk!”

“Tapi kau harus menyerahkannya padaku ketika dia berumur 6 tahun.”

“Hah?! Apa?!” tanya Lily dengan gaya berlebihan seperti di sinetron. “Memangnya apa yang akan kau lakukan? Mau kau makan ya?”

“Tidak, tidak suka makan manusia.” sangkal Buto Hagrid. “Tuanku yang akan memakannya. Kau tahu Raden Voldemort?”

“Tidak.”

“Oh, dia itu cuma orang gila dari keluarga petani yang tiba-tiba jadi Raden. Dia ingin menambah kesaktiannya dengan memakan bayi dari timun ini.” terang sang Buto.

Lily hanya ber-Oh-ria.

“Jadi, kau mau bibit ini?” tanya Buto Hagrid.

Setelah mempertimbangkan, akhirnya Lily setuju. Dia memang ingin sekali mempunyai anak. Tidak ada salahnya mendapatkan anak dengan cara seperti ini. Lagi pula, siapa tahu anaknya lebih berguna dari pada suaminya yang bodoh dan kerjanya suka gangguin pembantu tetangga itu?!

“Ok, aku akan kembali 6 tahun lagi. Ingat itu baik-baik! Hahaha!” dengan itu sang Buto Hagrid pun segera pergi.

Lily segera masuk ke rumah dan memberitahu kejadian ini pada suaminya. Suaminya dengan sangat antusias menerima bibit emas ajaib itu. Dia langsung menanam bibit itu dan berharap agar anaknya akan ganteng seperti dirinya.

Keesokan harinya James dan Lily dikejutkan oleh sebuah timun besar berwarna emas. Timun itu sangat besar dan sangat berat sehingga kalau dijual di tukang buah pasti akan laku mahal. Awalnya James mengusulkan untuk menjualnya ke tukang emas (karena bentuknya seperti emas) tapi mengurungkan niatnya saat Lily menginjak kaki James dengan sangat kencang. Mereka berdua berusaha membuka timun itu. Mereka sudah mencoba untuk memotongnya dengan menggunakan pisau dapur, memakai bacok, pakai kuda lumping, pakai intan (boleh pinjam dari orang), sampai dilas, tapi tetap gagal.

Di saat mereka sudah menyerah, tiba-tiba langit menjadi mendung. Petir menggelegar dan tanah bergetar. Lalu sebuah petir menyambar timun besar itu. Segeralah timun itu terbelah menjadi 2. Ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi laki-laki dengan rambut hitam. Di dahi bayi itu terdapat luka bekas sambaran petir. Lily segera menggendong putranya dengan penuh kasih saying.

“Siapa anak ini yang?” tanya Lily.

“Karena dia lahir dari timun mas maka aku akan menamakannya,” James berhenti sebentar, “Mas Potter.”

Lily memukul kepala suaminya sebagai aksi protes atas nama aneh anaknya.

“Ok, bagaimana kalau Harry Potter?”

Maka Harry pun tumbuh menjadi anak yang baik hati, ramah, dan tidak sombong. Suka membantu, rajin beribadah, serta taat kata orang tua.

Akhirnya tibalah hari ulang tahun Harry ke-6. Tiba-tiba saja Lily mendapat petuah bahwa hari ini Buto Hagrid akan datang. Lily ketakutan dan sedih karena dia tidak ingin anaknya diambil. Maka James pun yang maju menghadapi Buto Hagrid.

“Oh hai Potter! Sudah siap memberikan anakmu?” tanya Buto Hagrid.

“Hai Buto Hagrid! Jenggotmu bagus sekali hari ini.” puji James.

“Terimakasih, tadi aku sempat mencatoknya dulu sih.” kata Buto Hagrid dengan bangga.

“Mantelmu juga bagus. Ini dari bulu apa?” tanya James.

“Ini dari bulu berang-berang. Bagus bukan? Aku tangkap sendiri lho.”

Tak lama kemudian James berhasil membuat Buto Hagrid mabok pujian. Akhirnya James berhasil meyakinkan Hagrid untuk tidak membawa anaknya hari itu. (JP: “dia begitu kurus cuma tulang doank. Gak enak buat dimakan.” BH: Wah, kurus sekali! Pasti ini karena kalian tidak memberi makanan tinggi gizi padanya)

“Baiklah, aku akan kembali saat ulang tahun ke-11nya.” dengan itu Buto Hagrid pun segera pergi.

Tahun-tahun berikutnya pun berlalu dengan tenang. Harry makin tumbuh menjadi anak yang makin baik. Lily mulai memperbaiki pola makan Harry dan memberikannya makanan tinggi gizi (dia tidak mau diceramahi seorang Buto!).

Menjelang ulang tahun Harry yang ke-11, Lily mendapat sebuah surat yang diantar oleh burung hantu. Lily segera membuka surat itu dan membacanya,

“Dear Mr. & Mrs. Potter
Dengan ini kami mengundang kalian di gua Hogwarts untuk menemui Ki Albus Dumbledore untuk menerima beberapa barang sakti untuk anak kalian Harry Potter. Kami mengharapkan kedatangan kalian pada hari Jumat Kliwon jam 12 siang.
Tertanda,
Wakil Gua, Minerva MacGonagall”

Maka pada hari Jumat Kliwon (yang adalah hari ulang tahun Harry) Lily pun segera pergi ke gua Hogwarts (lagi-lagi asam urat James kambuh). Gua itu tidak begitu jauh. Begitu tiba, dia langsung disambut oleh perempuan tua bernama MacGonagall. Dia lalu diantar ke Ki Albus Dumbledore. Ki Albus memiliki jenggot keperakan yang amat panjang dan mata birunya mengedip ke arah Lily dari balik kacamata bulan separonya.

“Salam hai anakku yang dirundung masalah,” sapa Ki Albus, “aku dengar anakmu akan dimakan oleh Raden Voldemort. Kita tidak boleh membiarkan Raden Voldemort menambah kesaktiannya. Ini, aku berikan barang-barang sakti ini. Serahkan pada anakmu.”

Lily menerima sebuah kantung besar dan langsung pulang.

Sementara itu kediaman Potter mendapat kunjungan seorang pria dengan rambut hitam berminyak serta hidung yang sangat besar. James segera menyuruh Harry bersembunyi. Ia langsung maju menghadapi pria itu.

“Maaf, siapa ya?” tanya James.

“Namaku tidak penting! Ma..”

“Bagaimana kalau kau pergi saja? Kau bukan orang penting kan?” sela James.

“Ok! Fine! (Thank you! And you?!). Aku Severus Snape. Aku datang sesuai perintah Raden Voldemort untuk mengambil anakmu.”

“Ah, mana Buto Hagrid. Aku rindu.”

“Itu bukan urusanmu! Mana anakmu?!!”

“Sabar donk. Ngomong-ngomong rambutmu bagus ya.” itu satu-satunya pujian aneh yang bisa James utarakan karena tidak ada satu pun pujian yang bisa diutarakan pada pria itu.

Snape menatap galak James, “Jangan bohong Potter! Aku tahu kau berbohong! Aku tahu kau cuma mau mengulur waktu sampai anakmu kabur kan? AKu tidak setolol Buto itu! Cepat serahkan anakmu!”

“Wow, kau bisa baca pikiran orang? Kau mau masuk tivi?”

“Bukan urusanmu! Tanpa masuk tivi pun aku sudah terkenal sebagai ahli Oclumency terhebat! Serahkan anakmu!”

Sementara 2 orang ini bertengkar, Lily yang baru pulang dari Gua Hogwarts segera menghampiri Harry. Dia menyerahkan kantung itu kepada Harry dan menyuruh Harry kabur.

“Ah, sial! Dia kabur!!” kata Snape. Dia segera mengeluarkan handphone-nya dan menelpon seseorang, “Ndoro, si Harry kabur Ndoro!”

Harry segera berlari sekencang mungkin. Dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia cuma dibertahu oleh ibunya bahwa dia akan diambil oleh seorang Raden. Dia bingung kenapa dia harus lari. Bukankah bagus juga dia bisa tinggal di keraton?

Tiba-tiba dia mendengar suara tawa dari belakangnya. Harry menoleh ke belakangan dan melihat sosok pria dengan muka seperti ular. Mata merah orang itu menatap tajam ke arah Harry.

“Hahaha, akulah Raden Voldemort! Berhenti Harry Potter! Aku akan memakanmu!!” katanya.

Kini Harry tahu kenapa dia harus lari dari Raden gendeng dan menyeramkan itu. Harry berlari dan berlari. Tapi kecepatannya dapat diimbangi oleh Raden itu. Ia lalu memutuskan untuk membuka kantung pemberian Ki Albus. Dia merogoh asal isi kantung itu dan mengeluarkan batu merah yang indah.

“Hah, batu apa ini? Gimana pakenya?” tanya Harry. Karena melihat Raden Voldemort makin mendekat, Harry langsung saja melempar batu itu dan mendarat dengan sangat keras di hidung Raden Voldemort.

“ARGH!! HIDUNGKU!!” Raden Voldemort memegangi hidungnya yang kini berdarah. Ia segera menyembuhkan hidungnya yang patah. Tulang hidungnya tidak dapat diselamatkan. Tanpa hidungnya, Vodemort makin mirip ular.

Harry merasa senang bisa menghambat Voldemort. Tapi bukan saatnya senang. Batu itu tidak cukup untuk mengalahkan Voldemort. Harry kembali merogoh asal kantungnya. Kali ini yang keluar adalah buku dengan sampul hitam dengan tulisan “My Diary” di covernya.

Karena penasaran Harry melihat isi buku itu. Voldemort saat tahu sebenarnya buku apa yang sedang dibaca Harry tiba-tiba menjadi panik.

“Tanggal 29 Februari,” Harry membaca salah satu isi buku itu, “Dear Diary, hari ini aku ngompol lagi. Sebal banget deh! Ini pasti gara-gara kebanyakan minum jus timun semalam. Terus aku …,”

“STOP!! Jangan dilanjutkan!!” seru Voldemort dengan wajah merah padam.

Harry tiba-tiba mendapat ide. “Tanggal 3 Maret, celanaku robek di bagian pantat,” Harry mulai mencari bagian memalukan dari diary Raden Voldemort, “tanggal 5 Mei, perempuan yang kutaksir bilang kalau aku mirip ular, tanggal 7 Agustus celana renangku melorot saat aku terjun ke sungai, tanggal 30 Oktober aku disanka ular sama pawanng ular, tanggal …,”

Voldeomort langsung membakar buku hariannya dengang kesaktiannya. “Hahaha, sekarang kau tidak bisa mengancamku dengan kejadian memalukan itu.” kata Voldemort.

Harry kembali lari. Kini dia mengambil sebuah jubah hitam dan segera melemparnya ke arah Voldemort. Jubah itu segera berubah menjadi makhluk mengerikan yang melayang-layang di udara.

“Pake dementor toh?” ejek Voldemort. “Mereka menghisap kenangan bahagian. Karena aku tidak punya kenangan bahagia jadi mereka tidak ada pengaruh apa-apa padaku.”

Harry berlari lagi. Dia kembali memasukkan tanganny ke dalam kantungnya. Dia merasa menyentuh sesuatu yang seperti piala. Tiba-tiba saja dia sudah berpindah tempat ke tempat yang sama sekali asing baginya. Harry mengeluarkan piala itu. Sepertinya piala itu adalah portkey, alat untuk pindah tempat.

Harry setidaknya bisa bernafas lega sebentar. Pasti Voldemort sedang kebingungan mencarinya. Tapi dugaan Harry salah. Tak sampai 1 menit kemudian, dia melihat Voldemort berdiri di depannya.

“Jangan remehkan kesaktian Raden Voldemort ya!” kata Voldemort sambil tertawa.

Harry segera mengambil satu-satunya barang yang tersisa di kantung, sebuah bola kristal. Dia langsung melemparnya ke arah Voldemort.

“Bola kristal apa ini?” tanya Voldemort.

Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang tinggi melengking dibuat-buat, “Raden Voldemort, kau tidak akan pernah menjadi Raden yang sesunggunya. Akan kuberitahu apa yang menantimu di haru depanmu! Kekalahan!!”

“Tidak!! Bohong!!” seru Voldemort.

“Kau akan mengalami kepahitan yang tidak terbayangkan dalam hidupmu.”

“Jangan!! Hentikan!! Masa depanku tidak seperti itu!!” Voldemort menutup kedua telinganya.

“Kau tidak bisa menolak takdirmu! KAu ditakdirkan untuk kalah!!”

“TIDAK!!!!!” akhirnya Voldemort pun pergi karena tidak tahan mendengar ramalan itu.

Harry menghenbus nafas lega.

“Dan kamu Nak,” suara itu kini berbicara pada Harry, “kau akan menjadi tokoh utama buku best-seller dunia.”

Harry hanya tersenyum sambil menjejal bola kristal itu ke dalam kantung. Setelah itu dia kembali ke rumahnya dan menceritakan apa yang ia alami kepada orang tunya.

diambil dari : http://www.harrypotterindonesia.com/index.php?topic=1644.0;wap2

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.