Alam*Pintar | Antara Asal dan Kontes....

Kelahiran AlamPintar
Alam Pintar adalah nickname saya di dunia maya ini. Alam Pintar adalah nickname dengan sebuah dilema besar. Banyak yang mentertawakan, bahkan ada beberapa yang skeptis dengan nickname ini. Bagaimanapun, bukanlah saya jika melakukan sesuatu tanpa arti....

Jadi, mari kita telusuri sedikit mengenai asal mula nickname 'Alam Pintar' ini.

Aku tak pernah punya teman yang bisa betul-betul kupanggil sahabat. Saya menyadari, setelah bersekolah selama 12 tahun, bahwa saya ini bukanlah anak yang bisa dibilang cerdas. Dari TK hingga SMA kelas dua ini, saya lumayan merasa kesulitan di sekolah. Saya, meskipun tak pernah dipanggil secara langsung, mengeatahui bahwa saya ini murid 'rata-rata'.

Tak peduli saya ada di kelas berapa, selalu ada anak yang lebih cerdas, lebih berbakat, dan mendapat nilai lebih dibanding saya. Meski sekolah terlihat mudah bagi sebagian orang, hal itu tak berlaku bagi saya. Saya tahu, tak seharusnya saya berada di tempat rata-rata. Jika saya melihat pertandingan antar sekolah saya, saya mendapati pelatih dan orang tua terus menerus berteriak untuk menang. Tentu saja, tak ada yang mau menjadi rata-rata.

Saya mulai menyukai buku-buku mengenai cara berpikir manusia, pengembangan diri, dan spiritual ketika saya duduk di bangku SMP. Meski saya tak begitu menyukai sekolah saya, saya menikmati proses belajar dan tertarik terhadap kemampuan belajar manusia. Banyak dilema yang terjadi antara saya dan sistem pengajaran tradisional yang diterapkan di sekolah saya. Jika saya amati, kurvanya selalu seperti ini, 10% anak cerdas, 80% anak rata-rata, dan 10% anak bermasalah.

Saya mulai menyukai buku-buku karya Adi W. Gunawan, seorang mind navigator karena idenya untuk menciptakan lingkungan yang membuat seluruh siswa di kelas pintar, alih-alih hanya satu-dua anak. Idenya untuk membuat antar murid bekerja sama, daripada berkompetisi. Idenya untuk membuat permainan bagi murid, daripada murid duduk manis, diam, dan mendengarkan apa yang dicerahkan oleh guru. Semua yang ia paparkan melalui buku dan seminarnya merangsang murid untuk berpartisipasi secara lebih aktif.

Seiring dengan bertambahnya buku mengenai pikiran manusia dan cara belajar yang saya pelajari, saya mengetahui ada sesuatu yang tak beres di sistem pendidikan kita yang menciptakan kurva 10:80:10 ku tadi. Saya mendapati bahwa sistem pembelajaran yang selama ini ku ketahui dari sekolah ini, nyatanya merusak otak anak. Semakin banyak buku-buku mengenai otak yang saya baca, semakin saya memahami mengapa saya dipanggil bodoh, atau panggilan terbaik saya, rata-rata.

Ada sebuah buku keren berjudul, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligence karagan Howard Gardner, yang dikutip oleh Pak Adi, dalam satu bukunya yang berjudul Genius Learning Strategy. Dia mengatakan bahwa manusia mempunyai tujuh kecerdasan.
  1. Linguistik
  2. Logika-matematika
  3. Musik
  4. Tubuh-Kinestetik
  5. Spasial
  6. Interpersonal
  7. Intrapersonal
Bukunya mengesahkan apa yang selama ini saya ketahui. Saya tak punya kecerdasan yang diakui oleh sekolah saya (lebih-lebih kelas saya sekarang) yang didominasi oleh logika-matematika.

Saat mempelajari mengenai hal ini, saya menyadari bahwa sekolah ini bukan untuk saya. Meski saya pernah masuk di kelas akselerasi karena IQ saya yang diatas rata-rata, tapi dengan sistem pembelajaran yang seperti ini (hanya memihak kecerdasan logis-matematik), saya ter drop out di semester kedua. Artinya, saya kembali ke kelas SBI (reguler).

Saya bukan untuk sekolah ini sepertinya, saya punya masalah dengan matematika. Mungkin, bagi sebagian anak cerdas, matematika, menghitung, dan berlogika itu mudah. Meski saya juga suka berlogika karena saya suka debat, saya kurang begitu pintar matematika dan lebih menyukai menulis. Terkadang saya melamun dan memikirkan hal-hal aneh untuk novel yang tengah ku tulis. Jelas di sini kecerdasan spasial dan linguistik saya lebih dominan. Saya mmudah mencari teman dan memiliki hubungan baik dengan mantan 'musuh-musuh' saya. Saya punya kecerdasan interpersonal yang baik, dan meski tanpa orang yang bisa dipanggil sahabat, saya punya sangat banyak teman.

Saya memperbanyak mempelajari mengenai otak dan cara mengajar serta belajar. Dunia sebagian besar di kuasai oleh orang dengan otak kiri yang jarang menggunakan kecerdasan spasialnya. Saya memutuskan untuk menang dengan aturan saya, bukan aturan mereka.

Sekolah saya mengajarkan untuk memperoleh nilai teraik dengan motivasi rasa takut alih-alih meninggikan harga diri. Para guru lebih suka bicara, "saya tidak suka anak malas" daripada bicara, "saya suka anak rajin" yang lebih membangkitkan motivasi kita untuk menjadi rajin. Saya sukses di sekolah jika nilai saya bagus, masuk ke universitas bagus, kemudian menjadi pegawai dengan nilai bagus. Saya mengetahui bahwa itu bukan dunia saya dan saya tak akan menang di dalamnya. Maka, saya mulai mencari dunia saya sendiri. Saya adalah murid 'rata-rata' dan sebagai murid dengan predikat itu, saya harus menggunakan kedua bagian otak saya dan otak bawah sadar saya (mindset yang baik) jika ingin mereguk kemenangan.

Saya ingin berhasil dalam dunia saya sendiri, dalam dunia yang saya tahu bahwa saya bisa di dalamnya. Untuk merubah kehidupan saya, saya menyadari bahwa saya harus merubah lingkungan saya terlebih dahulu. Lingkungan dengan sistem pembelajaran yang kaku, dengan pelajaran 'membeo' alih-alih mencipta, duduk manis alih-alih aktif berpartisispasi, jelas tidak cocok dengan saya. Dunia saya bukan sekolah saya, seberapapun saya ingin sukses di sana.

Saya mengenal istilah ngeblog dari teman saya SMP bernama Wildan yang sudah lebih dulu menulis di banding saya. Tapi, karena ia lebih suka menggambar dibanding menulis, saya tahu bahwa akun blognya pasti sudah hilang sekarang. Saya tak mengetahui apa-apa mengenai blog dulu, selain web mini pribadi. Hingga saya berulang tahun yang ke 16 (Juli lalu) dan mendapat hadiah langganan speedy dengan tujuan agar saya tak pergi ke warnet lagi jika ingin mengerjakan tugas yang membutuhkan internet.

Teringat Wildan, saya juga teringat dengan blog. Saya ingat bahwa dia dulu memanfaatkan jasa blogger sebagai sarana bloging-nya. Penasaran, saya mencoba ke situs blogger, dan saya mendapat blog pribadi saya dengan tagline pertama saya, 'Mari Belajar dan Berbagi bersama Alam'.

Pada waktu itu lah saya mulai menuliskan tulisan pertama saya. Yaitu mengenai rasa syukur saya terhadap 'dunia' baru yang saya temukan. Saya mendapati bahwa ngeblog adalah aktifitas kegemaran saya, MENULIS, yang memenuhi salah satu kecerdasan saya yaitu linguistik. Di blog, saya bisa menuliskan opini saya, berdebat dengan opini lain yang kurang sesuai dengan yang saya pikirkan, dan berbagi. Di sini, ketiga kecerdasan dominan saya berada pada tempatnya. Linguistik, interpersonal, dan spasial. Dengan ini, saya mendeklarasikan diri untuk menjadi pintar dan menjadi pemenang dengan cara saya, aturan saya, dan dunia saya.

Ya! Menjadi blogger adalah mau saya! Lahirlah 'Alam*Pintar' sebagai trademark saya di dunia maya ini. Meski jika saya belum pintar sekarang, tapi saya kan jadi pemenang nantinya. Pasti, karena ini adalah arenaku dan tak ada yang bisa macam-macam di tempat yang paling cocok dengan aku.

Hingga akhirnya saya sampai sejauh ini, mengikuti kontes berandai-andai dari bang Zalukhu, dan berharap (berandai-andai) bahwa saya adalah pemenang juara pertamanya.

Pada akhirnya, postingan ini hanyalah sebuah posting andai-andai.....

P.S: Waktunya mepet banget. Sampai tulisan ini selesai saya tulis, waktunya tinggal 52 menit sebelum jam 11.59 yang merupakan batas akhir publish post. Wah, harus segera di publish nih!!!

Suka dengan tulisan Syamsul Alam? Silahkan Langganan via E-mail biar nggak ketinggalan!

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.