Hmm.... Enaknya cerita apa yah.... Okay deh, saya mau menceritakan sepak terjang saya ketika sedang ga online di rumah. Ini cerita seru, lho... Jadi, don't miss it... huehuehue....
Hari Pertama Ga Online Sama Sekali....
Ku ga bisa internetan sama sekali. Ni modemnya atau Speedy-nya, yah? Dengan ratusan teror yang kulayangkan pada Speedy jika koneksi sedang bermasalah, saya yakin sekali, bahwa Speedy tak akan berani macam-macam dengan saya. Kalau begitu, ini pasti modemnya! Bagaimanapun, ku telepon 147. Ada respon, ada tanggapan, dan katanya akan ada penyelesaian. "Kami akan mengirim petugas kami dan menghubungi anda secepatnya, pak!", Ujar mereka. Saya sih, okay-okay saja. Hihihihi......
Hari Kedua Ga Online Sama Sekali....
"Yu! Tadi ada orang dari Speedy ato nggak, yang ke sini?" Tanyaku pada pembantuku sepulang sekolah.
"Nggak ada siapa-siapa kok, Mas!" Jawabnya...
Hmm... kok nggak ada orang sama sekali sih? Apa masih perlu di terror lagi si Speedy itu? Hihihihi.... Atau, mungkin masih belum sempat kesini kali, yah.... Kalo sampai jam lima sore nanti nggak ada orang dari Speedy sama sekali, awas kamu, Speedy.... Tehehehehe.....
Eh! Beneran nggak ada orang! Berani bener si Speedy itu! Ku menuju sofa hijauku. Ambil gagang telpon, pencet 147, pilih menu, dan... mulai bertanya dengan pertanyaan favorit saya, "Mbak, ini internet saya statusnya connect, tapi kok nggak mau connect,yah?"
Dan, dijawab dengan jawaban yang selalu sama, terus menerus, berulang-ulang....
Hari Ketiga Ga Online Sama Sekali....
Wah... Sampai detik ini, belum ada telepon konfirmasi dan ada petugas yang datang kesini, nih.... Berani sekali! Hahahahaha.... Ya sudah deh, ku juga agak capek berurusan sama si Speedy itu. Ku tidur siang dulu.
Jam lima lebih tujuh belas menit. Hampir nggak shalat Ashar aku! Langsung shalat, kemudian, ada telepon sebagai hadiah karena shalatku.
"Halo.... benar ini Pak Windijarto?" Tanyanya. (Windijarto adalah nama ayahku, aku selalu pakai namanya jika telepon ke 147)
"Iya, petugas Speedy?" Ujarku balik bertanya.
"Iya pak.... Keluhannnya apa pak?"
Duh, gemes aku! Okay deh, ku jawab sekali lagi. Meski agak capek juga jawab pertanyaan yang sama berulang-ulang.
"Mungkin Splitter-nya, Pak. Coba dilihat di kotak kecil di dekat modemnya?" Ujarnya setelah mendengar semua unek-unekku....
"Yang warna abu-abu?"
"Iya pak! Bisa jadi warnanya abu-abu..."
"Terus?"
"Mungkin modemnya akan baik-baik saja jika bapak melepas kabel modem dan kabel teleponnya, kemudian memasukkannya lagi."
"Hmmmm....... Gitu, yah?"
"Iya Pak. Silahkan dicoba aja. Jika nanti masih bermasalah, silahkan hubungi kami lagi." Ujarnya ramah.
"Okay!"
Hmmm..... Ada yang aneh di perkataan pak petugas Speedy tadi. Jika splitter memang yang dimaksud oleh orang itu sama dengan yang kumaksud, seharusnya splitter ini berada dekat dari modemku! Tapi, kenapa yang ada malah cuman kotak abu-abu, ukuran sedang di lantai bawah? Modem dan komputerku 'kan dibawah?
Ku telusuri kabel dari kotak yang kusangka splitter tadi. Kok? Nyambungnya cuman ke kabel telepon? Mana kabel modemku?! Wah, kesalahan bukan berada pada mata anda. Tapi pada pemikiran anda! Aku kembali ke atas, kutelusuri kabel modemku. Menembus jendela ke teras atas, terus menyusuri pagar beranda atas. Lalu menurun ke pilar, dan, pyong! Berakhir di tiang rumahku!
Ukh! Ini bukan tempat yang bisa dijangkau, baik dari bawah maupun dari atas! Aku pun cari akal, dan akalku berakhir pada keputusan bulat, untuk menunggu ayahku dan membebankan semua masalah padanya!
Hari Keempat Ga Online Sama Sekali....
"Pak! Sini o tak kasih tau!" Salamku padanya ketika ia sampai ke rumah.
"Apa? Apa?" Ujarnya antusias.
"Iki lo... Internete gak isa konek... Jarene wong Speedy kudu meriksa splitter-e."
"Splitter apa seh?" Ternyata bapakku ga ngerti juga! Gawat nih!
"Wis ta la... pokoknya sinio." Maklum, kalo masih muda, pingin sesuatu, sifat memaksa tak bisa tidak ada...
Ku tarik tangan bapakku, ku ajak ke teras luar, ku suruh ikut mendongak bersamaku. "Itu lo, pak Ada di sana. Periksaen po'o..."
"Kamu sendiri, po'o... Kamu lak pinter menek-menek seh...."
Ku lihat medan panjat. Mantan bocah pencinta alam yang biasa manjat-manjat dinding seharusnya bisa melakukan ini. Tapi, aku tahu diri. Dengan pijakan yang tidak rata, alias bundar licin, dan pagar dengan jarum-jarum mengarah ke atas, membuat insting bertahan hidupku berkata 'TIDAK'.
"Iki lo, ga isa dipenek...." Ujarku setelah menganalisis segalanya.
"Bisa-bisa! Ayo, meneko, ntar tak pegangi. Gak-gak yen ceblok...." Ujarnya dengan mata super yakin.
Aku jadi merasa bisa melakukannya. Kuletakkan pijakan pertamaku di ban mobil Terios-ku. Pijakan kedua di badan pagar yang masih belum ada lancip-lancipnya sama sekali. Hup, tangan memegang tiang bundar. Pandangan ke atas, pijakan ketiga di leher pagar. Pijakan ke empat, kusamakan letak kakiku. Wow, not bad.... Aku memang hebat! Hihihihi....
(Bersambung....) Terusannya di postingan selanjutnya, yah.... Capek aku ngetiknya. Sekalian biar yang mampir penasaran. Hue-hue-hue.....
Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!
Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.