Gravitasi Membuatku Jatuh! So What?

rocket_into_galaxy Dua kakak beradik, Bob dan Phil, adalah pencinta gulat. Mereka adalah juara gulat di kampusnya. Namun, Bob, sang kakak, selalu menjadi juara satu dan Phil selalu menjadi yang kedua. Sekeras apapun Phil mencoba, kakaknya selalu lebih keras darinya, yang artinya ia selalu kalah jika melawan kakaknya.

Phil bosan menjadi yang nomor dua. Namun, ia tak bisa mengalahkan Bob. Ia hampir berpikir bahwa ia tak akan pernah bisa mengalahkan Bob kecuali kakaknya itu cukup tua dan lemah untuk dikalahkan. Namun kemudian Phil ingat, bahwa mereka saudara kembar dan selisih kelahiran mereka hanya dua menit. Phil kembali kecewa karena ketika Bob menjadi tua dan lemah, ia hanya 2 menit lebih muda.

Suatu ketika ada program pengangkatan astronot di kampus mereka. Tentu saja Bob dan Phil ikut. Berjalan-jalan di kegelapan sembari melihat planet dan bintang adalah salah satu impian mereka sejak kecil. Malang bagi Phil, ia tak diterima karena ia hanya nomor dua. Program itu membutuhkan sang nomor satu di tiap-tiap keahlian. Dan karena ia mendaftar dalam kategori yang sama dengan kakaknya, yaitu kebugaran jiwa dan beladiri, otomatis ia tak terpilih karena ia tak pernah jadi yang nomor satu.

Roket yang membawa kakaknya berangkat, sementara ia tetap tertinggal di bumi. Orang tuanya mencoba membesarkan hatinya dengan berkata, “Kau sekarang bisa jadi yang nomor satu! Karena Bob telah pergi!” Namun kata-kata itu tak pernah menyemangatinya. Tentu saja, karena dibalik kata-kata itu, Bob tetap yang nomor satu.

Sembilan tahun berlalu, 4 hari lagi adalah saat Bob pulang dari perjalanannya di luar angkasa. Phil telah berumur 32 tahun dan ia telah mempunyai anak laki-laki manis, bernama Mark yang masih berumur 5 tahun. Mark adalah anak cerdas yang juga sangat menggemari luar angkasa seperti ayah dan pamannya. Diumurnya yang masih belia itu, ia sudah sangat pintar ‘menjawab’ pertanyaan dari Phil, ayahnya.

Pernah suatu ketika Mark mengunyah pisang, dan mengeluarkannya dari mulutnya. Ia suka warna dan bentuk dari kunyahan pisang. Ia sebarkan kunyahan pisangnya dimana-mana di dalam rumah. Hari itu Minggu, dan Phil telah berjanji pada istrinya untuk membuat rak di rumah. Ketika Phil membawa dua balok kayu untuk digergaji, ia terpeleset ‘hasil karya’ Mark. Dua balok kayu itu mengenai kepala dan pahanya. Tentu saja sakit. Dan karena itu ia jadi harus memanggil anak tersayangnya itu.

“Mark... apa yang kau sebar di lantai?” Tanya Phil gusar setengah berteriak.

Phil mendatangi ayahnya, dan menjawab, “Itu pisang...”

“Kau membuat ayah jatuh nak! Ayo, kemari dan bersihkan pisang-pisangmu dengan lap itu!” Phil masih jengkel, namun anaknya begitu lucu hingga ia tak sanggup marah.

“Bukan pisangku yang membuat ayah jatuh. Tapi gravitasi!” Mark kemudian langsung ngeloyor pergi tanpa mempedulikan ayahnya yang benjol di sana-sini.

Sementara Phil bangkit dari jatuhnya dan bergumam, “Siapa sih yang mengajari anak itu gravitasi. Aku benci gravitasi!”

Hari kedatangan Bob telah tiba. Karena pengaruh relativitas waktu, Bob masih berumur 31 tahun. Keduanya bertemu dan meski mereka rival lama, mereka tetap berpelukan dan menangis haru. Mereka menghabiskan waktu untuk melepas kangen dengan bercerita mengenai pengalaman mereka selama sembilan dan delapan tahun ini.

Tiba-tiba, Bob berujar, “Bagaimana jika kita tanding gulat lagi! Sekalian bernostalgia. Aku juga selalu berlatih di kargo pesawat, loh! Aku yakin tak akan kalah denganmu seperti dulu-dulu.”

“Ah... tapi aku selama ini tak pernah berlatih. Aku sibuk dengan pekerjaan, istri, dan anakku. Aku juga tak mau bertanding jika aku tahu bahwa aku akan kalah.” Tolak Phil.

“Ayolah... kamu ‘kan laki-laki. Sejak kapan kamu jadi pengecut begini?” Bob sibuk memanas-manasi adiknya yang kini lebih tua setahun darinya. Dan, yang ia lakukan berhasil. Meski sedikit enggan, Phil akhirnya menyanggupi permintaan Bob.

Mereka keluar dan membuat pembatas lapangan dari bubuk kapur. Lapangannya sendiri adalah halaman rumput Phil. Mark tentu ikut melihat dan menyemangati ayahnya.

“Satu, dua, tiga!” Demikian aba-aba dari istri Phil. Keduanya mencengkram, mendorong, menarik, membanting, dan mengunci. Phil semangat karena istri serta anaknya mendukungnya, tapi ia tak yakin bahwa semangat itu yang membuatnya menang. Kemenangannya di ronde pertama ini membuatnya cukup senang hingga berlari-lari memutari halamannya telanjang dada.

“Satu ronde lagi. Aku tak mungkin kalah.” Ujar Bob di sela-sela napasnya yang ngos-ngosan. Mulai percaya dengan kemampuannya sendiri, Phil mengiyakan dengan cepat.

Aba-aba dibunyikan sekali lagi, Bob menggunakan bantingan andalannya. Dulu bantingan ini selalu berhasil, namun Phil sepertinya bertambah berat dan kokoh kuda-kudanya daripada sembilan tahun yang lalu. Bob tak ingin kalah, tentu saja, karena ia sebelumnya tak pernah kalah. Ia mengerahkan seluruh tenaganya, urat terlihat dari batang lehernya, namun tetap saja, Phil mengambil posisi lebih rendah, menggoyahkan kuda-kuda Bob, dan memaksanya terbanting ke tanah.

Mark bersorak karena ayahnya menang, sementara Phil dan Bob masih tidak percaya.

“Bukannya kamu sering berlatih, Bob?” Tanya Phil dalam posisi masih diatas kakaknya.

“Iya. Setiap hari aku berlatih agar tak pernah kalah dan tetap menjadi yang nomor satu.”

“Lalu, kenapa kau kalah...”

Bob berpikir sejenak, “Mungkin, tidak adanya gravitasi telah membuat otot kaki dan tulangku menjadi lebih lemah.”

Phil langsung bangkit dan menari-nari, “Aku cinta gravitasi! Oh yeah! Oh yeah!”

Mengerti pesan dari cerita di atas? Kesulitanmu hari ini, yang membuatmu jatuh, yang membuatmu merasa malang, sebenarnya adalah CARA TUHAN untuk membuatmu TETAP KUAT. Jadi selalu BERPRASANGKA BAIK kepada Tuhan. Ia Maha Tahu, sementara kita bahkan tak tahu dimana uang kita yang hilang berada.

Jika gravitasi membuat kita jatuh, tidak adanya gravitasi membuat kita lemah. Dalam hidup, jatuh mudah untuk diperbaiki. Tinggal bangkit lagi, dan pelajari alasan kenapa kita jatuh. Sekali kita menguasai sesuatu, gravitasi takkan menjatuhkan kita. Sekali kita menguasai cara naik sepeda, bagaimanapun gravitasi, kita takkan jatuh selama kita seimbang.

Sementara orang yang menjadi lemah, adalah orang yang melakukan kesalahan yang sama secara terus menerus. Ia lakukan hal yang sama, namun ingin hasil yang berbeda. Einstein menyebut hal ini madness (kegilaan). Di dunia dimana tiap detiknya manusia bertambah kuat dan sehat, orang yang tak memperbesar kapasitas dirinya otomatis akan menjadi lemah. Ia akan kehilangan gravitasi di sekelilingnya yang artinya ia akan semakin lemah. Dan tentunya ia akan kalah di pertandingan gulat manapun.

Okay, sekian post dari saya. Ini hanyalah post pengembangan dari memperbesar kapasitas diri dan bersabar. Menyadari bahwa dunia adalah tempat untuk selalu bahagia kapanpun kita mau, seharusnya membuat kita makin tabah terhadap tekanan dan goncangan, yang artinya wadah kita semakin besar. So stay tune di Alam*Pintar. Tulisan mendatang adalah mengenai, “Bagaimana sih menulis seperti Syamsul Alam?” Penasaran ‘kan? Hihihi.... Salam Pintar!

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.