Untungnya, hari ini aku punya kabar baik bagi kalian nih... Aku mau nulis sesuatu hari ini... tapi, temanya enaknya apa, ya... Coba Alam pikir-pikir dulu...
Hmmmmm.... karena bagian awal postingan ini kubuka dengan si Kancil, aku akan menceritakan sebuah kisah aja, ya...
Sutau hari, ada seekor tupai kecil. Ia adalah tupai paling lincah di antara semua tupai. Dia sering berkelana, bahkan sering ke hutan sebelah yang terkenal ganas karena banyak predatornya. Ibunya juga sering memarahinya karena ia suka sekali bertualang. Ibunya cemas sekali pada tupai kecil, karena si tupai jarang sekali belajar untuk menjadi tupai yang sesungguhnya.
Suatu hari, si tupai kecil berjalan-jalan sendirian di tepi sungai. Ia dikejutkan seekor katak dari samping. Wrebet! Ia terjebur di sungai yang ternyata arusnya cukup deras itu.
"Tolong! TOLONG!" Teriak si tupai. Kawasan itu terlalu asing. Tak ada yang mendengarkan suaranya. Merasa takkan ada yang akan menolongnya, ia berusaha untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Ia coba kibas-kibaskan tangannya. Tak berguna. Air hanya berkecipak di sekitar tubuhnya, tapi, ia tak merasa bahwa dirinya mengambang.
Ia coba gerakkan kakinya juga. Okay, ia bergerak maju, tapi itu tak membuatnya bisa mengapung. Ia semakin panik, ia gerakkan seluruh anggota tubuhnya, tapi, tetap saja. Ia tak bisa mengambang.
Pasrah dengan keadaannya, ia berkata dalam hati, "Selamat tinggal dunia...." Kamudian ia menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, menahan napasnya, kemudian berhenti bergerak.
Pong. Ia tak merasakan ia tenggelam. Ia merasa bahwa tubuhnya perlahan-lahan mengapung. Ia buka matanya. Ternyata, tubuhnya menggembung karena terisi udara. Ia mengapung! Ia mengapung!
Meski ia mengapung, ia tetap tak bisa bergerak. Dengan pasrah, ia biarkan arus sungai tersebut membawanya. Sesekali menghirup napas di tengah perjalanannya tak membuatnya kembali tenggelam. Wow! Kini ia bisa mengontrol tubuhnya!
Perjalanan selama hampir satu jam itu terasa sangat singkat dan menyenangkan. Hingga ada sebuah ranting menjulur ke sungai, dan hap! Ia tangkap ranting itu dan mengangkat tubuhnya ke atas.
WOW! Ini tempat terindah yang pernah ia lihat. Hutan ini mempunyai banyak biji kenari untuk seluruh keluarganya. Ini surga! Pikirnya. Ia berjalan-jalan sebentar, ada banyak hal baru di sana. Namun, hari cepat usai. Sudah sore sekarang. Dan ini waktunya untuk pulang. Oops. Ia sama sekali tak tahu jalan pulang. Menyusuri sungai? Ya, mungkin sih, tapi itu akan jadi perjalanan yang sangat jauh.
Hingga ada elang terbang rendah di atasnya. Tentu ia kaget. Ternyata ini bagian terdalam hutan sebelah! Wajahnya berkeringat. Ibunya selalu berkata bahwa elang adalah musuh tupai nomor satu.
Elang mendarat dan hinggap di ranting pohon besar. Melihat tupai kecil asing di rumahnya, ia tentu agak heran.
"Apa yang kamu lakukan di sini, tupai?!"
Tupai kecil memberanikan diri. "Aku sedang berjalan-jalan, jatuh ke sungai, dan hanyut sampai rumahmu. Kamu tak marah 'kan?"
Si elang tertawa, "Kenapa harus marah? Aku juga sudah lama tak menerima tamu spesial seperti dirimu." Si elang terbang dan berdiri tepat di depan tupai kecil.
Tupai kecil terkejut. Ia mundur beberapa langkah. Terpaan angin dari sayap si elang terasa begitu menggetarkan.
"Kamu tak akan memakanku, 'kan?" Tanya tupai kecil.
Elang lagi-lagi tertawa, tamunya kali ini begitu lucu. "Tentu tidak. Sudah seharian aku makan, dan aku sudah kenyang. Lagipula, tupai kecil seperti kau, masa enak?"
Tupai kecil merengut. Tapi ia bersyukur elang di depannya ternyata sangat baik.
"Kamu mau pulang, tupai....? Kamu bisa meminjam punggungku. Rumahmu di hutan sebelah 'kan? Berarti kita tetangga, donk.... Hahahahaha.....", Tawar elang ramah.
Tupai mengangguk. Mata elang tak terlihat seperti pembohong.
"Omong-omong, kenapa kamu takut ku makan? Apakah elang memakan tupai?" Tanya elang sambil menahan tawa.
"Begitu kata Ibuku. Orang-orang di kampung juga...."
Elang kembali tertawa. "Ternyata masih banyak makhluk yang pikirannya sempit, yah.... Kita berburu agar bisa terus hidup. Yang kita makan juga makhluk paling lemah di kelompoknya. Kami membantu mencegah ada kecacatan generasi di makhluk yang kami mangsa."
Tupai tersenyum kecut mendengar penuturan sang Elang.
"Nggak semua orang sejahat yang kamu pikir. Naif, jika kita langsung menilai orang dari wajahnya atau penampilannya. Tahu 'kan? Jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Menganggap orang yang tak kita kenal itu jahat, adalah pikiran makhluk rendah. Kami elang, tak pernah merasa seperti itu. Kami tahu kalian menghindari kami karena kami predator. Tapi, sekali lagi... jika kami tak makan, kami juga mati 'kan. Egois sekali bukan, jika hanya rasmu yang menguasai bumi ini sendirian." Lanjut sang Elang.
Tupai, perlahan-lahan mengangguk. Ia kini menyadari, bahwa tak semua hal seburuk yang kita bayangkan.
"Masih mau menumpang?" Elang kembali menawari.
Kini dengan yakin, si tupai mengangguk dan menunggangi punggung elang. Mereka kembali ke rumah tupai dan, sekali lagi, tupai berterima kasih pada jiwa petualangnya. Ia menemukan dunia yang berbeda. Dunia yang tak pernah dijamahnya. Ia mengulang dalam hatinya, "Pengalaman memang Penting...."
Hehehehe....... gimana ceritanya? Bagus 'kan? Bagi yang pingin menyadur cerita ini untuk anak-anaknya, cantumkanjuga nama saya, yah.... Jadi, di akhir cerita, nanti di beri imbuhan seperti ini. "Nak, ini cerita dari Bang Alam... Bagus 'kan?"
Tehehehehe....... beneran, jangan di salin yah... tanpa seijinku tentunya..... (Egoisme tinggi mode ON)
Suka dengan tulisan Syamsul Alam? Silahkan Langganan via E-mail biar nggak ketinggalan!
Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!
Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.