Hipnotis - Penerapan pada Guru (Diary Anak Nakal part 1)

Huhuehue... jumpa lagi di alampintar versi blogspot. Okay, hari ini adalah hari yang lucu sekali. Saking serunya, saya mau share ke teman-teman ah.... Huehuehue....

Oh iya, sekedar pemberitahuan. Dalam waktu dekat, saya mau membuat 'blog bersama'. Mengenai format-nya, saya beritahukan jika sudah masanya saja yah.... Motif dari 'blog bersama' ini adalah, penghasilan saya sedang seret. Dalam jangka panjang saya butuh sesuatu yang bisa saya jadikan pegangan, saya juga ingin membawa serta orang-orang disekitar saya untuk dapat keuntungan dari blog itu. Makanya, saya cari ide... gimana caranya, biar saya dan anda sama-sama dapat untung. Meski nanti untungnya tidak dalam bentuk yang sama, insya Allah tak kan ada yang dirugikan kok. Ukuran keadilan 'kan relatif, iya ga? Huehuehue.....

Okay deh.... ke cerita yah....

Suatu hari, di siang hari setelah istirahat. Anak-anak kelas IX-IA-1 sedang menikmati mengerjakan dan mengutak-atik soal matematika yang baru saja diberikan oleh Pak Dzulkifli, salah satu guru matematika kita. Woah... ngantuk banget!Apalagi waktu itu habis olahraga. Seperti tak ada ruhnya tubuh saya ini.

Otomatis, pelajaran tadi nggak ku perhatikan sama sekali. Huehuehue... maklum, aku 'kan tergolong anak nakal di kelas. Lagipula, teman saya yang bernama Fahmi, lagi sakit dan tak banyak bicara. Dianya cuman tiduran di meja. Jadi, membosankan sekali hari itu.... Akunya ikutan tiduran di meja, deh.... Huehuehue......

Hingga akhirnya sampai ke tengah jam pelajaran matematika. Duh... ini puncak kebosanan. Hihihihi.... kemudian, ada sesuatu terlontar dari mulut pak Dzulkifli, "Anak-anak... hari Sabtu ulangan, lho yah..."

Sebenarnya sih, hal ini tidak mengagetkanku.... Beberapa hari yang lalu, sebenarnya Pak Dzulkifli berencana untuk menjadikan hari Selasa ini hari ulangan. Apalah daya, anak-anak beralasan belum siap semua. Apalagi, materi ulangannya adalah trigonometri. Ampun!!! Meski aku menyukai semua mata pelajaran, tapi... matematika, apalagi trigonometri. Terlalu gimana gitu buatku....

Otakku belum siap untuk diberondong soal-soal matematika pada hari Sabtu. Aku putar akal. Aku analisa keadaan. Aku cari alasan untuk mengundur jadwal ujian yang sudah mundur itu.

AKU DAPAT ALASAN!

"Pak... ulangannya jangan hari Sabtu pak. Hari Selasa minggu depan aja." Ujarku tanpa ekspresi.

"Kalo diundur-undur, lho... kamu nanti malah lupa." Jawabnya sambil senyum, tahu kali kalo aku punya rencana licik. Hehehe....

Aku ke meja temanku. Kebetulan, hari Sabtu itu, aku mengikuti lomba SimBiz (Simulasi Bisnis) di Unair. Aku hampiri teman-temanku yang juga satu team denganku di SimBiz itu.

"Hei, rek... Kita lo hari Sabtu pergi ke Unair. Yo'opo iki... Ga melu ulangan la'an.... (Bagaimana ini.... Tidak ikut ulangan, donk....)", jurusku mulai keluar.

"Kenapa? Matematika 'kan jam pertama sama jam kedua. Selesai jam 8. Kita kan paling lambat sampai Unair jam 9, sih.... Kan, belum telat." Ujar Dewie, teman satu team SimBiz yang pinter banget matematika ama fisika.

"Kita, lo... brangkat kan pake mobilku, seh.... Yang nganterin bapakku. Bapakku itu, kalo hari Sabtu pagi, mesti ngelayap ke Bukit Darmo, main golf. Kalo kita nggak berangkat pagi-pagi, nasib kita gimana? Kamu lupa ta? Kemenangan 'kan ada ditangan ayahku kali ini." Ujarku.

Aku buat kata-kataku seemosional mungkin. Kita semua tahu kalo cewek, otaknya sebagian besar emosi. Jadi, manfaatkan sisi ini! Aku buat rasa takut dengan pernyataanku, kemudian, buat sesuatu yang nggak masuk akal untuk mengenai emosinya. Kemenangan ada di tangan ayahku? Bullshit, 'kan? Ketika aku mengucapkan hal itu, aku nyengir dan membuatnya senyum setengah ketawa. Ia kena. Ia mengiyakan hal itu.

"Iya juga sih...", Ujar Dewie yang kemakan kata-kataku. "Kamu rayu pak Dzul, sana... kamu 'kan pinter ngerayu guru seh..."

Aku senyum sinis khas aku. Tak ada siapapun yang tahu kalo itu sebenarnya senyuman kemenangan pertamaku. Aku ke depan. Duduk di bangku yang dijadikan tempat Pak Dzul menyanggahkan tubuhnya.

"Pak... ulangannya sepertinya harus hari Selasa minggu depan." Ujarku tanpa ekspresi.

"Kenapa?" Tanya Pak Dzul. Well, pertanyaannya ini berarti ia KENA! Ia penasaran dengan pernyataanku, apalagi ekspresiku yang tak ada ketika menyebutkannya.

"Saya lo, pak. Ikut SimBiz tanggal 29 nanti. Tanggal 29 itu hari Sabtu. Pas jadwal kita ulangan. Kalo ulangan hari itu, saya nggak bisa ulangan, donk."

Pak Dzulkifli mesem ke saya, "Iya ta. Ulangannya hari Sabtu kamu belum siap ta?"

"Bukan gitu, Pak. Yang ikut SimBiz, lho pak... bukan cuman saya. Ada 6 orang. Muridnya cuman 30, yang nggak ikut ulangan 6 orang 'kan lumayan banyak, Pak."

Pak Dzulkifli hanya tersenyum. Hm... kurang banyak alasan logis sepertinya. Untuk meyakinkan laki-laki, kita harus banyak memakai alasan logis. Kita jabarkan semuanya. Otak laki-laki sebagian besar adalah logika, manfaatkan itu!

"Yang repot bukan cuma saya, Pak. Jika kita ulangannya nggak dalam waktu yang sama, bapak 'kan juga repot ngoreksinya. Lagipula, kalo nanti saya dan lima orang teman saya ulangan nyusul, kita ulangan dimana, Pak? Jika sepulang sekolah, 'kan sulit nyari waktunya. Ada yang les. Ada yang harus jaga rumah." Ujarku dengan yakin. Tentu saja dengan tatapan tajam ke mata.

"Jika ulangannya hari Selasa, 'kan... semuanya bisa ulangan. Kelas sebelah yang ulangannya hari Sabtu dan soalnya sama seperti kita, diundur juga aja Pak ulangannya. Jadinya 'kan Bapak enak ngoreksi ulangannya. Nggak mencar-mencar." Pak Dzul manggut-manggut. Sekali lagi, aku memperkokoh gelarku sebagai perayu guru. "Sebaiknya yang saya ucapkan dipertimbangkan, Pak." Wow! Kalimat terakhir yang powerful untuk ngerayu laki-laki.

Pak Dzulkifli memalingkan badannya dari aku. "Anak-anak... ulangannya hari Sabtu atau Selasa minggu depan?"

Aku tahu, itu cuma reaksi alamiah seorang guru untuk mengubah keputusannya. Dia bertanya hal yang seharusnya sudah pasti, untuk mencari 'teman' yang mendukung keputusannya, serta mencari alasan jika ada yang bertanya, "Kok nggak jadi hari Sabtu, Pak?"

Tenu saja dengan pertanyaan yang seperti itu, hampir seluruh kelas berteriak, "Selasa!" Pak Dzul sudah tahu mengenai apa yang akan di ucapkan anak-anak. Masalahnya, ia sudah termakan hipnotisku. Huehuehue....

Jika anda bertanya, "Itu 'kan gurunya laki-laki, Lam. Wajar kalo bisa dirayu seperti itu. Kan, memang tinggal dirayu ama logika. Kalo perempuan, gimana coba? Semua alasanmu tadi nggak mempan lo, Lam!"

Jawabannya, aku tinggal ganti kalimat rayuanku menjadi emosi. Meski dicampur dengan sedikit logika.

"Bu, saya besok hari Sabtu SimBiz. Nggak bisa ikut ulangan bu. Ulangannya seharusnya hari Selasa aja. Lagipula, jika ulangan jadi hari Sabtu pasti ulangan saya jelek, bu." Bagian pertama harus dinyatakan dengan tegas. Wanita adalah makhluk lembut. Mereka luluh dengan pribadi yang tegas. Kata 'seharusnya' yang aku ucapkan, itu bagian dari penegasan itu sendiri.

"Lho, kenapa?" Tanya guru itu. Pastinyalah....

"Iya, bu. Sabtu 'kan ganjil, bu jumlah hurufnya. Matematika 'kan genap jumlah hurufnya. Jadi nggak cocok bu. Lagipula, Sabtu vokal akhirnya 'u' nggak cocok sama matematika yang vokal akhirnya 'a'. Selasa 'kan lebih cocok, bu. Vokal belakangnya 'a', 'kan?"

Well.... meski kedengarannya bodoh dan tak mungkin berhasil, aku yakin. Cara ini besar kemungkinannya untuk berhasil! Bu guruku mungkin tertawa dan melakukan tepat seperti yang dilakukan Pak Dzulkifli. Jika ia ditanya, "Kenapa kok diundur ulangannya?" Guru perempuan a.k.a bu guruku akan menjawab, "Anak-anak belum siap ternyata. Kalo ulangan 'kan percuma...." atau, "Ternyata ada yang ikut lomba. Daripada nggak bareng-bareng, mending 'kan diundur tapi bareng-bareng ulangannya...."

Padahal aslinya, ia termakan oleh bagian yang emosi, dan bagian logika kuikutsertakan sebagai bantuan bagi guru perempuan itu jika ia ditanyai oleh teman atau kolega gurunya. Biar punya alasan gitu.... huehuehue.....

Jika kamu pikir yang bagian emosi tadi itu nggak masuk akal, itu karena kamu pikir pakai logika. Sungguh, ketika SMP aku melakukannya pada guru Biologiku (maafkan daku bu Ratna...) dan itu berhasil! Jika punya nyali, coba saja....... huehuehue......

P.S: Ini tulisan dalam rangka menyebarkan gerakan 'NAKAL YUK!' Sungguh, mengikutinya akan membuatmu ketagihan dan menjadi anak nakal tanpa sepengetahuan teman, guru, orang tua, dan dirimu sendiri. Resiko 100% untuk kamu sendiri, okay! Laki-laki harus gentle dan berani tanggung jawab atas perbuatannya!!!


Suka dengan tulisan Syamsul Alam? Silahkan Langganan via E-mail biar nggak ketinggalan!

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.