Aku tidak sedang membahas komik!!!(2)

Te-he-he-he..... Akhirnya sampai juga ke bagian kedua dari seri "Aku sedang tak membahas komik!!!"

Meski judul dan isinya aneh, kalian menyukainya, 'kan? Ayolah, jangan bohong, bilang aja kalian suka....

Ha-ha-ha-ha-ha-ha-ha....

Sudah ah, bercandanya, tulisan ini makin jelek aja kalo aku bercanda nggak lucu kayak gitu, okay... Hari ini saya akan banyak tidak membahas mengenai komik. Tapi, ngomong-ngomong ada yang pernah baca Shin Angyo Onshi?

Komik ini.... aku sangat menyukainya! Karakternya beda dari yang lain.... ia tak hanya memandang semuanya dari katamaca manusia. Ia memperlakukan semua makhluk sama rata. Meski ia terkadang agak ekstrim dalam menjalankan idealisme-nya, tetap aja komik buatan orang Korea ini keren abis!!! Aku heran, kenapa jarang orang yang mau baca komik ini...

Anyway, yang aku mau bilang adalah....

Mmmmm, sebelum aku mulai ke hal beratnya, aku mau tanya sekali lagi. Ada yang pernah lihat atau baca komik Captain Tsubasa? Aku berani jamin kalau kalian pasti sudah pernah! Komik atau film ini, menceritakan seorang bocah gila sepakbola yang akhirnya menjadikan negaranya juara dunia tiga kali berturut-turut. Meski aku kurang suka sepak bola, cerita Tsubasa yang ringan dan sarat persahabatan, membuat kita menyukainya, bukan?

Ada yang juga pernah baca komik SlamDunk? Waaahh.... rugi banget kalau nggak pernah baca komik ini. Tokohnya si Hanamichi lucu banget dan penuh percaya diri. Ia percaya dirinya adalah jenius basket, dan memang, keyakinannya membuatnya menjadi jenius bola basket dalam waktu beberapa bulan. Dan ia membawa timnya ke kejuaraan Nasional. Meski akhirnya ia kalah di kejuaraan Nasional, ia puas karena telah berusaha dan mengeluarkan yang terbaik. Lagipula tim mereka kalah terhormat, lho... Tim Shohoku itu kalah melawan Tim Aiwa Gakuen, karena kelelahan selepas bertanding dengan Sannoh Kogyo, yang pernah menjuarai kejuaraan Nasional hingga 17 kali!!!

Kalian juga pasti mengerti, perasaan berapi-api ketika membaca komik-komik seperti itu. Kita menyukai karakter seperti Hanamichi yang selalu optimis, Tsubasa Ozora yang tak pernah putus asa meski gawangnya sering kebobolan dan hampir kalah, atau mungkin Munsu yang tak pernah menyerah untuk mengejar Ajitae, musuh bebuyutannya yang bisa membunuh orang sekali pandang, meski ia manusia biasa plus kena kutukan yang membuatnya tak bisa bergerak bebas.

Tapi.... sebenarnya yang kita cari dari membaca komik-komik itu bukanlah tokoh mereka. Coba pikir... Seandainya Tsubasa Ozora itu super sombong sama timnya.

"Kalian bodoh!! Gara-gara kalian semua tidak sehebat aku, tim kita jadi kalah!!" Ujar Tsubasa Ozora versi sombong. Pasti kita bakal tak suka sama Tsubasa ini. Anda sudah mengerti apa yang saya maksud? Maksud saya adalah, attitude atau kesopanan itu mutlak dipunyai sesorang agar ia disukai oleh orang lain. Kita tak suka bintang sinetron yang sombong, 'kan? Sama, untuk menjadi terkenal dan dikenal banyak orang, atitude ini memegang tempat yang sangat krusial.

Ada beberapa hal lagi yang bisa kita pelajari dari contoh karakter yang saya ambil di atas. Sebagai gambaran awal, coba bayangkan, seandainya Tsubasa selalu berteriak, "Oper bolanya padaku!! Hanya aku yang punya Drive Shooter dan hanya aku yang bisa memasukkan bola itu!" kepada teman-temannya, sehingga ia terpaksa harus melawan semua musuhnya sendirian. Pastilah timnya akan langsung kalah di babak penyisihan awal. Atau jika Munsu berkelana sendirian di kota Jushin, tanpa Sando (pengawalnya) yang cantik, pastilah ia akan langsung mati dimakan monster padang pasir.

Dari ilustrasi di atas, kita tahu bahwa suatu keberhasilan, selain bersumber dari keyakinan yang benar dan kuat, keberhasilan tetap harus mempunyai pendukung. Luffy misalnya, tanpa semua krunya, harga kepalanya tak akan 300 juta berry seperti sekarang. Setiap manusia memiliki timnya sendiri. Dan tim terbaik adalah Tuhan (Allah). Tuhan adalah tim terkuat yang bisa dimiliki manusia dalam menempuh cita-citanya... Namun, Tuhan punya caranya sendiri untuk membantu kita. Ia menyerahkan bantuannya pada kepercayaan dan keyakinan kita kepada-Nya. Tuhan membantu kita dengan sistem yang dibuat-Nya pada kita.

Bantuan pada kepercayaan? Bantuan pada sistem? Apa maksudnya, mas Alam? Okay, okay... akan saya jelaskan dengan kacamata saya. Tuhan sudah tidak lagi campur tangan pada apa yang kita lakukan. Menurut saya, Allah sudah membuat sistem yang bernama sunatullah, dan hasil akan keluar sesuai input yang kita masukkan pada sunatullah itu tadi. Saya beri contoh. Kita punya dua tokoh sekarang, A dan B.

A adalah orang yang optimis. Ia terus berusaha dan yakin pada bantuan Tuhannya. Ia terus berdoa, meski usahanya tak kunjung berhasil. Ia terus optimis bahwa usahanya akan berhasil suatu hari nanti, dan ia belajar banyak dari kegagalannya. Suatu hari ia menyadari bahwa, meski barang yang ia jual sangat bagus, promosi yang ia lakukan kurang gencar, dan itu salah satu penyebab kegagalannya. Tanpa kenal putus asa, ia promosi lebih gencar, ia belajar pada orang lain yang telah sukses, ia yakin bahwa Tuhannya akan membantunya, ia yakin bahwa dirinya adalah orang sukses yang kaya, dan ia bertekad akan membantu orang lain dengan kekayaannya. Namun ia tak kunjung berhasil. Ia tak menyerah. Ia sangat yakin bahwa Tuhan akan membantunya untuk sukses. Namun ia menyadari, bahwa mungkin dirinya belum pantas untuk menjadi orang yang sukses dan kaya seperti yang diimpikannya. Ia belajar lebih banyak, berusaha lebih banyak, yakin akan kekuatan dirinya dan bantuan dari Tuhannya, bersyukur karena setidaknya ia masih bisa mencukupi kebutuhannya, dan membantu orang lain yang lebih susah daripadanya.

Suatu hari, ada orang yang memerlukan pinjaman dan datang kepadanya. Ia melihat dan tahu bahwa orang di depannya mempunyai kehidupan yang lebih berat daripada dirinya. Ia menawarkan orang tersebut untuk bekerja sama. Bersama akhirnya mereka saling berbagi ilmu, dan menyatukan usaha mereka bersama-sama. Tanpa kenal menyerah, dan dengan bantuan dari orang lain, ia akhirnya punya pendapatan untuk menghidupi partnernya sama layak dengan dirinya. Ia menjalankan usahanya dengan jujur, ia sopan, dan terus membantu orang lain yang membutuhkan dengan mempekerjakan mereka di bisnis yang sedang digelutinya. Beberapa bulan berselang. Dengan pasti usahanya terus menanjak naik. Ia meyakini Tuhanlah yang membuatnya sukses, dan menyadari bahwa Tuhan mulai mempercayakan sebagian kekayaan-Nya pada dirinya. Ia buat Tuhan lebih percaya untuk menitipkan harta padanya. Ia beramal dan berderma pada orang yang membutuhkan. Ia membuktikan pada Tuhan bahwa ia mampu menjalankan amanah yang mungkin lebih besar lagi. Sesuai janji (sistem) Tuhan, bahwa orang yang beramal baik akan memperoleh balasan berkali-kali lipat, maka Tuhan memperbanyak titipan pada si A. Dan jadilah si A orang paling sukses, dermawan, dan paling kaya di daerahnya.

Sekarang bandingkan dengan si B...

Si B juga orang yang sedang berbisnis. Ia mempunyai kehidupan yang lebih baik dari si A, karena warisan orang tuanya. Ia mempunyai barang yang lebih bagus dari si A, ia cukup sukses, namun belum begitu sukses karena masalah yang sama dengan si A, yaitu kurang gencar mempromosikan produknya. Dari belajar, ia mengetahui bahwa dirinya gagal karena kurang gencar dalam promosi. Ia membenahi kekurangannya dan mulai kembali menjalankan bisnisnya. Ia sopan dan punya bakat dalam bisnis. Ia punya keyakinan bahwa dirinya akan berhasil. Namun, seperti si A, keberuntungan belum menjadi miliknya. Ia masih gagal. Ia mulai berpikir, "Jika aku seharusnya sukses, mengapa usahaku tak kunjung berhasil?" Kepercayaan dirinya mulai goyah. Ia hanya melihat kekurangan dalam hidupnya. Ia tak percaya pada bantuan Tuhan lagi.

Suatu hari, ada orang yang ingin meminjam dana padanya. Ia berpikir bahwa, dirinya sekarang sudah susah dan tak mau lebih disusahkan oleh orang lain yang baru pertama kali ditemuinya. Ia mengusir orang itu dan ia mulai tak bersemangat dengan pekerjaannya karena terus-terusan gagal meski ia merasa sudah menjadi orang yang baik. Akhirnya, ia berpikir bahwa Tuhan itu jahat dan ia mulai menyalahkan Tuhan, serta berpikir bahwa Tuhanlah yang menjadikannya gagal. Ia telah gagal dan ia mencari alasan dengan mengatakan bahwa Tuhan adalah orang yang menakdirkan dirinya untuk miskin. Ia akhirnya menyerah. Ia tak percaya lagi pada bantuan Tuhannya dan berhenti belajar. Dan ini adalah titik terbesar dari kegagalannya. Akhirnya, hidupnya berakhir pada jalan hitam, entah sebagai penjahat, perampok, atau apalah... Atau setidaknya ia melarikan diri ke minuman keras yang terus menghabiskan uangnya, dan membuatnya semakin miskin. Ia tak percaya pada bantuan Tuhan dan menganggap Tuhan tak sayang padanya. Tuhan bertindak semestinya, ia bersikap seperti yang disangkakan hambanya, kegagalan benar-benar terjadi. Si B tak lagi berpikir kaya dan sukses. Ia telah menjadi pecundang karena berhenti belajar. Ia tak tahu dan tak mau tahu, bahwa Tuhan hanya akan merubah hidupnya jika ia benar-benar berusaha dan mau mengubahnya.

Dari ilustrasi di atas, si A adalah orang yang percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan padanya adalah yang terbaik. Ketika ia diberi sedikit rezeki, ia bersyukur dan percaya bahwa ini yang terbaik baginya. Ketika ia diberi lebih, ia juga percaya bahwa ini adalah yang terbaik untuknya. Karena ia terus diberi yang terbaik oleh Tuhannya, ia merasa tak enak hati jika tak mempersembahkankan yang terbaik dalam hidupnya. Ia percaya bahwa Tuhan itu baik. Dan Tuhan bersikap seperti apa yang ia yakini. Akhirnya usahanya berhasil karena ia dapat membangun teamwork dengan Tuhannya dan terus berkeyakinan bahwa Tuhan memberikan yang terbaik untuknya.

Manusia adalah makhluk yang paling disayang Tuhan. Tugasnya sebagai khalifah di bumi, membuat manusia mempunyai hak untuk sukses. Tuhan telah membuat sistem khusus pada manusia, bahwa manusia bisa menentukan sendiri takdirnya yang berupa kesuksesan. Sukses adalah fitrah tiap manusia dan sebenarnya setiap manusia itu dilahirkan dengan hak untuk menjadi sukses. Orang yang pesimis, malas, berhenti belajar, akan kehilangan haknya untuk menjadi sukses.

Yang paling penting dari kesemuanya adalah rasa percaya dan pikiran positif. Orang yang berpikir sukses akan sukses dan orang yang berfikir gagal akan gagal. Itu merupakan sunatullah dan versi kesuksesan tiap orang tidaklah sama. Kesuksesan itu relatif. Ada yang merasa dirinya sukses jika mampu membantu orang banyak dengan kekayaannya, atau ada orang yang berpikir bahwa dirinya sukses jika bisa membantu orang lain dengan ilmunya. Yang jelas, sukses itu ada di tiap manusia yang percaya akan kesuksesan.

Nantikan seri ketiganya. Saya jamin (Insya Allah) akan lebih menarik dari sekarang. Tentunya, saya tak sedang membahas komik!

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.