Di Warung Kopi itu.... (by Bill Naibaho)

Di warung kopi itu banyak meja yang dikelilingi oleh banyak orang. Mereka duduk berkelompok membicarakan banyak hal. Mulai dari politik, ekonomi, bisnis, kesehatan, teknologi hingga membicarakan anak kecil yang doyan memasukkan tangan ke wadah berisi air. Ada yang memaki-maki politisi busuk yang tidak pernah menjalani masa percobaan sebagai anggota dewan, tapi lagunya sudah paling pintar. Ada juga yang menggoblok-goblokkan pemerintah karena tidak memiliki sense of global crisis. Tapi ada juga yang menceritakan bisnisnya yang semakin berkibar padahal tidak punya ilmu bisnis. Bagi kelompok ini, krisis bukan akhir dari segalanya. Masih ada peluang di baliknya. Ada lagi di meja pojok yang sedang bergosip tentang photo syur seseorang yang mirip penyanyi lokal. Yang paling jijay tuh meja dekat pintu. Masak menceritakan anaknya yang sedang berak mencret koprat kapret. Owaaa..

Warung kopi itu selalu penuh. Meja, walau tidak pernah habis tapi tidak pernah kosong. Ada meja yang gratis, tapi ada juga yang mesti di-booking dengan duit. Kalau yang ini, ada yang ukuran besar ada juga yang mini. Tergantung harga. Ada meja yang polos, ada juga meja yang penuh aksessoris hingga melihatnya saja sudah ribet dan ketika akan mampir sangat susah.

Kalau rajin menelusuri warung hingga ke dalam, ternyata ada juga meja-meja yang hanya dihuni satu orang saja. Dia duduk bernyanyi sendirian. Ada juga yang menceracau berbicara entah kepada siapa. Ada juga yang duduk sepi sendiri sambil membaca puisi mengharu biru. Malah ada yang bengong doang, minum kopi pun tidak. Ngapain pak cik?

Warung kopi itu buka 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Dan selalu penuh. Jika warga sekitar sudah lelah dan pulang istirahat, warga dari negeri nun jauh di sana datang menggantikan. Minum kopi. Tentu kopi yang dipesan mereknya beda. Rasanya ada yang sama ada juga yang beda. Yang jelas selera mereka lebih lumayan dari selera lokal. Walaupun demikian, waktu pertandingan meracik kopi kemarin, warga lokal menang lho.

Banyak orang yang kecanduan main ke warung kopi itu. Ada yang setiap hari mampir, bahkan bisa berjam-jam di sana. Ada juga yang cuma satu jam. Ada yang datang dua hari bahkan seminggu sekali. Bagi yang addicted, kalau mau pergi meninggalkan kota, memberitahukan dulu ke teman-temannya di warung kopi itu. Biasanya begitu balik, bawa oleh-oleh yang banyak dan disambut ramai.

Tapi hati-hati. Di warung kopi itu ternyata banyak juga penipuan. Salah-salah berteman dan percaya saja dengan penampilan, bisa tertipu lahir batin. Ada yang tertipu jutaan, bahkan hilang keperawanan. Busyet! Yang paling tidak merugikan, ya yang ikut-ikut games yang ternyata hanya berhadiah sekam.

Eh, tadi dibilang ada yang sampai hilang keperawanan? Benar. Yang datang ke warung kopi itu tidak hanya laki-laki. Banyak perempuan berhati mulia dengan senyum indah dan tutur sapa lembut menebar harum semerbak wewangian ke seluruh penjuru warung. Mereka pun tanpa canggung berbaur dengan para lawan jenisnya yang konon bisa ditundukkan hanya dengan kerling mata. Alamak! Gimana kalau nonjok?

Warung kopi itu penuh persahabatan, cinta dan kasih sayang. Beberapa malah berteman hingga keluar warung kopi itu. Setidaknya di meja teman-teman yang sering saya sambangi, sekedar ikut mencicipi kopi mereka. Setelah itu berkomentar. Cara berkomentar pun macam-macam. Ada yang bebas teriak-teriak. Ada juga yang berkomentar panjang kayak pidato. Ada juga beberapa meja yang berkomentar disensor dulu. Kalau tidak cucok langsung diberangus. Kayak orde baru aja yah..

Berkomentar? Ya benar. Warung kopi itu bernama Blogosphere.

Selamat pagi, Blogger! Selamat berkarya dan salam hangat dari sibaho masih banyak tersedia untuk Anda sekeluarga.

Mulai sekarang, AlamPintar akan update tiap EMPAT HARI sekali. Jika Anda terlalu sibuk untuk mampir, setidaknya pastikan untuk SELALU BACA artikel keren kami via email. Klik di sini untuk Langganan via E-mail!

Anda diperkenankan MENYALIN tulisan di AlamPintar.org selama menyebutkan SUMBER dan mencantumkan LINK menuju blog ini. Kerugian yang disebabkan karena anda secara salah mengikuti apa yang saya tulis di sini di luar tanggung jawab saya sebagai penulis.